Model Pengambilan Keputusan
Pengertian Model
Pengambilan Keputusan
Model
adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk
dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan
suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model
dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang
bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang
akan dipecahkan diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas (secara eksplisit)
mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai
hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk matematika.
4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap
pengambilan keputusan.
Model
merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang
kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat
disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan
memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka
pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Olaf
Helmer menyatakan bahwa:
karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu
dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan
memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model
sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsur dari situasi
nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.
Pembuatan
dan penggunaan model menurut Kast,
memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan
penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model
situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial
dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan
pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika
dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya.
Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi.
Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan
bahasa simbolik khusus.
Model pengambilan
keputusan diantaranya:
1. Rasional, model perilaku
manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-orang, organisasi, dan bangsa
menjalankan kalkulasi pemaksimalan nilai, yang secara mendasar konsisten.
Pengambialan
keputusan yang rasional merukan proses yang komplek. Tahapan rasional decision
making proses:
a. Mengenal permasalahan.
b. Definisikan tujuan.
c. Kumpulkan data yang relevan.
d. Identifikasi alternative yang memungkinkan
(feasible).
e. Seleksi kriteria untuk pertimbangan
alternative terbaik.
f. Modelkan hubungan antara kriteria, data,
dan alternative.
g. Prediksi hasil dari semua alternative.
h. Pilih alternative terbaik.
2. Organisasional, model-model
pengambilan keputusan yang memperhitungkan karakteristik politik dan structural
dari organisasi.
3. Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi
adalah hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan
aktif selama bertahun-tahun.
4. Keputusan klasik (classical dision), berpandangan bahwa manager
bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional untuk pembuatan
keputusan manajerial.
5. Keputusan administrasi, menurut Herbert Simon, manager
dalam pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:
a. Informasi tidak sempurna, dan tidak
lengkap.
b. Rasionalitas yang terbatas (bounded
rasionality).
c. Cepat puas (satisfice).
Dan ada 3 konsep
untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded
rationality and satisficing)
Menekankan bahwa
pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi
mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan
uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk
mengingat sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri.
Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang
memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam benak.
b. Heuristic
Orang yang
tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan
pembuatan keputuasan
c. Memutuskan siapa yang membuat keputusan
(bisa)
Model rasional
tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan, “siapa
yang akan memutuskan?” merupakan keputusan pertama yang harus dibuat
manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.
Proses pembuatan
keputusan rasional:
1. Pengamatan situasi: definisikan masalah,
tentukan tujuan, keputusan
2. Kembangkan alternative: cari alternative
secara kreatif, jangan mengevaluasi dulu.
3. Mengevaluasi alternative dan memilih yang
terbaik.
4. Implementasikan keputusan dan memonitor
hasil: rencanakan implementasi, implementasi rencana, monitor implementasi dan
buat penyesuaian yang perlu.
Model
pengambilan keputusan bisa dilakukan secara individual, kelompok, tim,
panitiaan, dewan, komisi, atau cara reverendum mengajukan usul tertulis. Cara
pengambilan keputusan denga cara mengolah data dan penilaian, baik kualitatif
dan kuantitatif merupaka teknik pengambilan keputusan. Teknik pengambilan
keputusan diperlukan suatu kemampuan.
Setiap pengambilan
keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan
interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis.
3. Pengalaman/ ervaring.
4. Kewibawaan, gezgag, atu pengaruh yang
dipunyai oleh decision maker.
5. Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki
oleh decision maker
Jadi
decision maker harus menentukan strategi dan metode pengambilan keputusan. Ke 5
hal diatas dimiliki oleh decision maker secara individual, maka ia dapat
mengambil keputusan secara individual.
Klasifikasi model
pengambilan keputusan:
Mengingat
begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini
disampaikan beberapa klasifikasi saja.
1. Tujuannya : model latihan,
model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya.
Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang
transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model
tentang kesehatan, dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat
manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan
local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan
model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi,
satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic
development) : tingkat dimana
matematika perlu digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat
terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai
tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat
diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
Quade membedakan
model ke dalam dua tipe:
1. Model kuantitatif
adalah
serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan
matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer.
Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui
asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa
menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik)
atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
didasarkan
atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model
kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi
asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif
mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks klasifikasi model
pengambilan keputusan:
1. Model Probabilitas
Umumnya
model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
member hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun
yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam
suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring).
Demikian juga
halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan
melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi
tersebut.
Banyak
kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar
nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa
resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan masyarakat, lain
sebagainya.
2. Konsep tentang
nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang
akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi
merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai
kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya
peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
3. Model Matriks
Selain model
probabilitas dan nilai harapan (probability and excpected value), ada juga
model lainnya. Model lainnya adalah model matriks (the payoff matrix model).
Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi
yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Gullett dan Hicks mengatakan : “The payoff matrix is a
particularly convenient method of displaying and summarizing the expected value
alternative strategics”. Model
matriks terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row) bentuknya
menjajar , sedangkan Lajur (Coloum) bentuknya menegak (vertical) .
4. Model Pohon
Keputusan (Decision Tree Model)
Suatu diagram yang
cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah
yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkannya
alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Pohon keputusan
dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang
sedang ditangani. Welch and
Comer memberikan definisi
sebagai berikut : “The decision tree is a simple diagram showing the
possible consequences of alternative decision. The tree includes the decision
nodes chance modes, pay offs for each combination, and the probabilitie of each
event.”
Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon
keputusan yakni :
1. Simpul Keputusan,
2. Simpul Kesempatan,
3. Hasil dari kombinasi, dan
4. Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap
peristiwa yang terjadi.
Diagram pohon ini
salah satu lanngkah yang diperlukan dalam pengambilan rancangan bangun proyek
Adapun
langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan
komponen-komponen yang ada secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang
nantinya harus dipecahkan melalui diagram keputusan.
b. Masalah utama iitu kemudian dirinci
kedalam masalah yang lebih kecil.
c. Masalah yang sudah mulai terinci itu
kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang lebih kecil.
5. Model kurva
Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva berbentuk
garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat
kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :
a. Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif.
Kemiringan yang ngatif menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti
dengan komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang tetap
sama.
b. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu
keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak
akan saling berpootngan
c. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah
bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk gari
kurva.
d. Kurva indiferen dibutuhkan bagi
pengorbanaan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.
6. Model Simulasi
Komputer
Pengambilan
keputusan siperlukan rancangan bangun (design) yang biasanya menggunakan
komputer yang mampu menirukan apa-apa yang dilakukan organisasi.
Robert D.Spech mengelompokkan
model dalam rangka analisis kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori
yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
menggunakan
teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer
dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat
perhitungan saja bukan sebagai simulator.
2.
Model Simulasi Komputer
merupakan
tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan
ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya.
3.
Model Permainan Operasional
Dalam
model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi
diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya
seperti pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan informasi
dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita
dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan
menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games
tersebut.
4.
Model verbal
Model
verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih
bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang
kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh
model verbal yang berupa atau menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi
sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai berikut.
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup
luas dimana peringkat tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari
seluruh anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi
masalah administratif substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah
karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan
gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat
pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan
sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya dalam organisasi itu atau
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak
langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau karyawan
secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil
organisasinya/perusahaannya.
Dengan
demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut
berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil
dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.
5.
Model fisik
Dalam
menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk
dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata
kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan
jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan
serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup
kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti
tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya.
Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada
policy maker.
Model-model
Pengambilan keputusan
Model Perilaku
Pengambilan keputusan
· Model Ekonomi, yang dikemukakan
oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha
mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh
keuntungan maksimum
· Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh
Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi
tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
· Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh
Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu
bergerak bebas mengambil keputusan
· Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh
W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam
pengambilan keputusan
· Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh
Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
· Model Sosial, Dikemukakan oleh
Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional dalam mengambil
keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif
dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa
pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model
preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu
menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu
menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan,
yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan
keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian,
yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
b. Model Deskriptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan.
Model ini juga
menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa
adanya. Model ini
juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan
untuk membuat
keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
Faktor- Faktor
yang Mempengaruhi Model Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakam proses interaksi antara input-input sebagai
bahan dsar
pembentukan suatu model keputusan, yang terdiri atas tujuan organisasi,
kendala-kendala
intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif pemecahan
masalaah.
Imteraksi tersebut diharapkan akan menghaslkan output yang baik yang
berupa pelaksanaan
keputusan,pengendalian, dan umpan baliknya.
Pengambilan
keputusan baik keputusan pribadi maupun keputusan kelompok
dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. keadaan
lingkungan dn nilai-nilai yang kerap kali bertentangan
2. pengaruh politik
3. emosionalisme
4. tingkat
pendidikan
5. model keputusam
faktual.
Lima faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model
keputusana. Model Preskiptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model
preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu
menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu
menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan,
yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan
keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian,
yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
Lima faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model Keputusan.
Pengertian Model
Pengambilan Keputusan
Model
adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk
dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan
suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model
dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang
bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang
akan dipecahkan diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas (secara eksplisit)
mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai
hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk matematika.
4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap
pengambilan keputusan.
Model
merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang
kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat
disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan
memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka
pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Olaf
Helmer menyatakan bahwa:
karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu
dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan
memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka pembuatan model
sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsur dari situasi
nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau sasaran fisik.
Pembuatan
dan penggunaan model menurut Kast,
memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan
penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model
situasi yang kompleks disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial
dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan
pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika
dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya.
Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi.
Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan
bahasa simbolik khusus.
Model pengambilan
keputusan diantaranya:
1. Rasional, model perilaku
manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-orang, organisasi, dan bangsa menjalankan
kalkulasi pemaksimalan nilai, yang secara mendasar konsisten.
Pengambialan
keputusan yang rasional merukan proses yang komplek. Tahapan rasional decision
making proses:
a. Mengenal permasalahan.
b. Definisikan tujuan.
c. Kumpulkan data yang relevan.
d. Identifikasi alternative yang memungkinkan
(feasible).
e. Seleksi kriteria untuk pertimbangan
alternative terbaik.
f. Modelkan hubungan antara kriteria, data,
dan alternative.
g. Prediksi hasil dari semua alternative.
h. Pilih alternative terbaik.
2. Organisasional, model-model
pengambilan keputusan yang memperhitungkan karakteristik politik dan structural
dari organisasi.
3. Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi
adalah hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan
aktif selama bertahun-tahun.
4. Keputusan klasik (classical dision), berpandangan bahwa manager
bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional untuk pembuatan
keputusan manajerial.
5. Keputusan administrasi, menurut Herbert Simon, manager
dalam pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:
a. Informasi tidak sempurna, dan tidak
lengkap.
b. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).
c. Cepat puas (satisfice).
Dan ada 3 konsep
untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded
rationality and satisficing)
Menekankan bahwa
pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi
mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan
uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk
mengingat sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri.
Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang
memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam benak.
b. Heuristic
Orang yang
tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan
pembuatan keputuasan
c. Memutuskan siapa yang membuat keputusan
(bisa)
Model rasional
tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan, “siapa
yang akan memutuskan?” merupakan keputusan pertama yang harus dibuat
manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.
Proses pembuatan
keputusan rasional:
1. Pengamatan situasi: definisikan masalah,
tentukan tujuan, keputusan
2. Kembangkan alternative: cari alternative
secara kreatif, jangan mengevaluasi dulu.
3. Mengevaluasi alternative dan memilih yang
terbaik.
4. Implementasikan keputusan dan memonitor
hasil: rencanakan implementasi, implementasi rencana, monitor implementasi dan
buat penyesuaian yang perlu.
Model
pengambilan keputusan bisa dilakukan secara individual, kelompok, tim,
panitiaan, dewan, komisi, atau cara reverendum mengajukan usul tertulis. Cara
pengambilan keputusan denga cara mengolah data dan penilaian, baik kualitatif
dan kuantitatif merupaka teknik pengambilan keputusan. Teknik pengambilan
keputusan diperlukan suatu kemampuan.
Setiap pengambilan
keputusan selalu terdapat pertimbangan yang berasal dari:
1. Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan
interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis.
3. Pengalaman/ ervaring.
4. Kewibawaan, gezgag, atu pengaruh yang
dipunyai oleh decision maker.
5. Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki
oleh decision maker
Jadi
decision maker harus menentukan strategi dan metode pengambilan keputusan. Ke 5
hal diatas dimiliki oleh decision maker secara individual, maka ia dapat
mengambil keputusan secara individual.
Klasifikasi model
pengambilan keputusan:
Mengingat
begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini
disampaikan beberapa klasifikasi saja.
1. Tujuannya : model latihan,
model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya.
Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang
transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model
tentang kesehatan, dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat
manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan
local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan
model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi,
satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic
development) : tingkat dimana
matematika perlu digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat
terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai
tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat
diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
Quade membedakan
model ke dalam dua tipe:
1. Model kuantitatif
adalah
serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan
matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer.
Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui
asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa
menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik)
atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
didasarkan
atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model
kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi
asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif
mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks klasifikasi model
pengambilan keputusan:
1. Model Probabilitas
Umumnya
model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
member hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun
yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam
suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring).
Demikian juga
halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan
melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi
tersebut.
Banyak
kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar
nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa
resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan masyarakat, lain
sebagainya.
2. Konsep tentang
nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang
akan datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi
merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai
kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya
peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
3. Model Matriks
Selain model
probabilitas dan nilai harapan (probability and excpected value), ada juga
model lainnya. Model lainnya adalah model matriks (the payoff matrix model).
Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi
yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Gullett dan Hicks mengatakan : “The payoff matrix is a
particularly convenient method of displaying and summarizing the expected value
alternative strategics”. Model
matriks terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row) bentuknya
menjajar , sedangkan Lajur (Coloum) bentuknya menegak (vertical) .
4. Model Pohon
Keputusan (Decision Tree Model)
Suatu diagram yang
cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah
yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkannya
alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Pohon keputusan
dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam proyek yang
sedang ditangani. Welch and
Comer memberikan definisi
sebagai berikut : “The decision tree is a simple diagram showing the
possible consequences of alternative decision. The tree includes the decision
nodes chance modes, pay offs for each combination, and the probabilitie of each
event.”
Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon
keputusan yakni :
1. Simpul Keputusan,
2. Simpul Kesempatan,
3. Hasil dari kombinasi, dan
4. Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap
peristiwa yang terjadi.
Diagram pohon ini
salah satu lanngkah yang diperlukan dalam pengambilan rancangan bangun proyek
Adapun
langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan
komponen-komponen yang ada secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang
nantinya harus dipecahkan melalui diagram keputusan.
b. Masalah utama iitu kemudian dirinci
kedalam masalah yang lebih kecil.
c. Masalah yang sudah mulai terinci itu
kemudian dirinci lagi kedalam masalah yang lebih kecil.
5. Model kurva
Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva berbentuk
garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat
kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :
a. Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif.
Kemiringan yang ngatif menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti
dengan komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang tetap
sama.
b. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu
keadaan atau lingkupan maka keduanya tidak
akan saling berpootngan
c. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah
bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap titik sehingga membentuk gari
kurva.
d. Kurva indiferen dibutuhkan bagi
pengorbanaan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.
6. Model Simulasi
Komputer
Pengambilan
keputusan siperlukan rancangan bangun (design) yang biasanya menggunakan
komputer yang mampu menirukan apa-apa yang dilakukan organisasi.
Robert D.Spech mengelompokkan
model dalam rangka analisis kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori
yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
menggunakan
teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer
dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat
perhitungan saja bukan sebagai simulator.
2.
Model Simulasi Komputer
merupakan
tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan
ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya.
3.
Model Permainan Operasional
Dalam
model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi
diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya
seperti pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan informasi
dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita
dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan
menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games
tersebut.
4.
Model verbal
Model
verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih
bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang
kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh
model verbal yang berupa atau menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi
sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai berikut.
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup
luas dimana peringkat tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari
seluruh anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi
masalah administratif substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah
karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan
gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat
pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan
sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya dalam organisasi itu atau
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak
langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau karyawan
secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil
organisasinya/perusahaannya.
Dengan
demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut
berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian. Dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap berlakunya dalil
dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.
5.
Model fisik
Dalam
menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk
dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata
kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan
jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan
serangkaian keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup
kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti
tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya.
Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada
policy maker.
Model-model
Pengambilan keputusan
Model Perilaku
Pengambilan keputusan
· Model Ekonomi, yang dikemukakan
oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha
mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
· Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh
Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi
tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
· Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh
Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu
bergerak bebas mengambil keputusan
· Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh
W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam
pengambilan keputusan
· Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh
Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
· Model Sosial, Dikemukakan oleh
Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional dalam mengambil
keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif
dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa
pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model
preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu
menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu
menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan,
yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan
keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian,
yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
b. Model Deskriptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan.
Model ini juga
menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa
adanya. Model ini
juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan
untuk membuat
keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
Faktor- Faktor
yang Mempengaruhi Model Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakam proses interaksi antara input-input sebagai
bahan dsar
pembentukan suatu model keputusan, yang terdiri atas tujuan organisasi,
kendala-kendala
intern,kriteria pelaksanaan dan berbagai alternatif pemecahan
masalaah.
Imteraksi tersebut diharapkan akan menghaslkan output yang baik yang
berupa pelaksanaan
keputusan,pengendalian, dan umpan baliknya.
Pengambilan
keputusan baik keputusan pribadi maupun keputusan kelompok
dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. keadaan
lingkungan dn nilai-nilai yang kerap kali bertentangan
2. pengaruh politik
3. emosionalisme
4. tingkat
pendidikan
5. model keputusam
faktual.
Lima faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model
keputusana. Model Preskiptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan
yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu jugasebagai model
normatif.
Penerapan model
preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu
menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu
menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan,
yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
situasi tersebut.
o Pengambilan
keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang
telah dievaluasi.
o Pengendalian,
yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
Lima faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model Keputusan.
sumber
-http://noormutia.blogspot.co.id/2013/07/model-pengambilan-keputusan.html